Pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ahmad Muhaimin Iskandar atau Gus Ami saat jalan pagi bersama di Kawasan SCBD, Jakarta, menjadi ramai diperbincangkan. Pasalnya, pertemuan keduanya diyakini terkait dengan politik jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Keduanya digadang gadang oleh partainya masing masing, untuk jadi kontestan di Pilpres 2024.
Pengamat Politik dari Surabaya Survei Center (SSC) Surokim Abdussalam mengatakan, silaturahmi politik memang biasa dilakukan untuk penjajakan dan menyamakan frekuensi. Apalagi, dilakukan menjelang Pemilu ataupun Pilpres. Komunikasi dan pendekatannya memang mesti dibangun jauh jauh hari untuk membuka peluang berkoalisi. "Saya kira dalam politik semua kemungkinan bisa saja terjadi. Termasuk duet Airlangga Hartarto dengan Muhaimin Iskandar di Pilpres mendatang. Peluangnya juga besar. Karena keduanya merupakan ketua umum partai. Istilahnya, masing masing adalah pemegang tiket ke Pilpres," kata Surokim melalui keterangannya, Kamis (30/9/2021).
Sebagaimana diketahui, partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mengusung pasangan Capres Cawapres harus memenuhi persyaratan perolehan suara sebanyak 25 persen suara sah secara Nasional pada Pemilu sebelumnya, atau memiliki kursi 20 persen dari jumlah kursi DPR yaitu sedikitnya 115 kursi di DPR RI. Saat ini, Partai Golkar memiliki 85 kursi di DPR RI atau 12,31 persen. Dan PKB memiliki 58 kursi di DPR RI atau 9,69 persen. Jika berkoalisi, maka jumlah kursinya mencapai 143 kursi di DPR RI.
Namun demikian, kata Surokim, jauh lebih baik bila tak hanya Golkar dan PKB yang berkoalisi. Menurutnya, dapat menambah gerbong lagi dari partai papan tengah ke bawah, semisal PAN dan PPP. Duet Airlangga Muhaimin ini bisa menjadi pilihan alternatif di antara polarisasi politik efek dari Pilpres 2019.
Namun kuncinya, ketua umum kedua partai itu menaikkan elektabilitasnya. "Karena keduanya bisa mewakili kelompok nasionalis religius," ucapnya. Pelaksanaan Pilpres yang bersamaan dengan Pemilu legislatif (Pileg) 2024, diyakini akan mempengaruhi perolehan kursi parlemen, karena adanya efek ekor jas (coat tail effect).
Sehingga hampir bisa dipastikan, masing masing partai koalisi akan berebut memaksakan kadernya menjadi Capres atau Cawapres. Meski demikian, Surokim memprediksi, hanya akan ada tiga pasangan Capres Cawapres yang berlaga di Pilpres 2024 mendatang. "Induk dari poros koalisi itu adalah PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar. Ketiga partai ini memiliki tradisi memimpin koalisi dan ikut kontestasi kepemimpinan nasional," ujarnya.
Bila Gerindra berkoalisi dengan PDI Perjuangan, sebagaimana wacana yang selama ini berkembang, maka poros ketiga akan dipimpin oleh Partai Demokrat. "Kita harapkan tetap tiga pasang. Sebab kalau hanya dua pasang, itu tidak menarik. Tidak sehat. Dan dapat menyebabkan polarisasi massa yang bisa memecah belah bangsa," ujarnya. Lebih lanjut, Surokim mengatakan, Partai Golkar sebagai induk koalisi dan sangat berpengalaman di politik, memiliki peranan besar dalam membangun koalisi.
"Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar harus bisa memaksimalkan peluang ini. Golkar harus jadi leader, jangan jadi follower," pungkasnya. Diketahui, Airlangga Hartarto bertemu Muhaimin Iskandar di kawasan SCBD Jakart pada Sabtu (25/9/2021) lalu. Seusai pertemuan, saat ditanya apakah giat tersebut merupakan penjajakan koalisi menuju 2024, Airlangga dan Muhaimin tak menampik. "Kita biasa lari pagi, kan kita bertetangga. (Koalisi) Yang sehat sehat harus dibangun bersama," kata Airlangga sembari melirik Muhaimin, Sabtu (25/9/2021). Airlangga menambahkan, kebersamaan dengan pria yang akrab disapa Gus Ami itu bukanlah hal baru. Selain bersama sebagai pendukung Jokowi, keduanya juga saling bersinergi baik di eksekutif maupun legislatif.